Sistem Informasi Desa Limpakuwus

shape shape

SEJARAH DESA LIMPAKUWUS

Assalamu’alaikum wr wb

Sedulur Kabeh neng nDesa Limpakuwus. Cempulek Jebul mBarang de etang-etung nDesane dewek wis jen tua pisan umuree…ibarat wong Jen Wis duwe Canggah mbi wareng..he he..( nDean ) kosi tiklak- tikluk..hehe
Tapine memang nasibe nDesane kon neng lereng gunung Slamet isine ya kaya  kiye….Pertanian mbi Peternakan sing jen bisa nguripi sekabehane…iya Mbok…. Orapapa sedulur…….najan neng Lereng Gunung sing penting uripe ayem tentrem…Madang akeh lawueh mada- mada mung jangan godong bolet, tapi ora tuku… Kabeh mau wis dadi Kodrate kon neng Lereng Gunung Slamet….Kabeh masyarakat patut berbangga mada- mada neng gunung tapi ora kalah mbi wong kota..

Neng Kota ana Mobil…Nang nDesa juga ana…Neng Kota Ana Montor…Neng nDesa Juga Ana… Ora ketang Mobil pada liwat..hahaha

Jen temenan mayuh bareng- bareng nguripi nDesane dewek men tata, titi, tentrem kerta raharja… Oranana suatu keberhasilan tanpa kerja keras, tanpa keringet lan air mata…. Kabeh mau wis dadi rumusan sing kudu di cakna, lan kudu detlateni… Pengorbanane kaki lan ninine jaman ndisit bener- bener tanpa pamrih, kaki lan ninine gemiyen neng nDesa Limpakuwus urip tanpa teknologi…dengan banyak kekurangan….Tetapi mereka semangat..semangat lan ora pamrih..kabeh kanggo anak lan putu-putune kabeh… Mulane neng Ulang tahun sing ke 337 Tahun nDesane dewek mayuh pada nyonto Semangate kaki lan ninine jaman gemiyen….

Penamaan LIMPAKUWUS sudah ada semenjak dahulu kala yang mengandung arti :

L I M P A : Tujuan

K U WU S : Terakhir ( Kawus ) atau DESA PENGUWISAN yang berarti Desa Terakhir.

Kepemerintahan Desa Limpakuwus sudah ada sejak jaman Kolonial Belanda. Saat itu pemimpin di wilayah Kabupaten Banyumas dipimpin oleh Raden Tumenggung Mertayudha II.

Riwayat Desa Limpakuwus dibagi menjadi 2 bagian

1.    Limpakuwus dimasa Kerajaan

2.    Limpakuwus dimasa Pergolakan Nasional

3.    Limpakuwus dimasa Kerajaan

Abad I – sampai Abad ke-VI 

Wilayah kabupaten Banyumas  bagian dari kerajaan Galuh Purba dengan pusat kerajaan seputar gunung Slamet. Kerajaan Galuh Purba  diduga mempunyai Kerajaan-Kerajaan bawahan umurnya lebih tua, salah satu kerajaan bawahan yaitu kerajaan Kalingga Kidul (abad I – IV Masehi). Nantinya, kerajaan Kalingga Kidul  tumbuh menjadi kerajaan besar.

Abad VI – VII 

Wilayah Banyumas menjadi bagian dari kerajaan Galuh (kawali) dan pusat kerajaan di nang sekitar kota Garut sekarang. Wilayah kekuasaan kerajaan ini sampai Kabupaten Kedu dan Purwadadi (Banjarnegara). Kerajaan ini tidak murni mempunyai peradaban Sunda sebab sebagian Para raja merupakan keturunan dari Kerajaan Kalingga (Jawa Tengah). Dan catetan sejarah menyebut bahwa Kerajaan Kalingga pindahan dari lereng Gunung Slamet, berarti peradaban yang dianut juga bukan murni peradaban Sunda sebab Peradaban Sunda berasalsal dari Kerajaan Tarumanegara dan dilanjutkan Kerajaan Sunda terus Kerajaan Pajajaran. Setelah pusat kerajaan Galuh dipindah ke Wilayah Garut, pengaruh di wilayah Banyumas menjadi kurang malah akhirnya hilang diganti pengaruh kerajaan Kalingga.

Abad VI – VII

Wilayah Banyumas menjadi bagian kerajaan Kalingga (Budha) yang dipimpin Ratu Sima (taun 674 M).

Abad VII 

Wilayah Banyumas menjadi bagian kerajaan Mataram Kuna.Tahun 732 M (Prasasti Canggah), Kerajaan Kalingga (Budha) diubah menjadi Kerajaan Mataram kuna (Hindu) yang dipimpin Raja Sanjaya atau Rakai Mataram (dimulai Dinasti/wangsa Sanjaya), ibukota Kerajaane di Medang Kemulan (candi-candi Siwa nang Banjarnegara (Dieng) dibangun pada masa kiye. Waktu pemerentahan Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya) Candi Rorojonggrang atau Candi Prambanan mulai dibangun.

Abad VII – VIII

Wilayah Banyumas dikuasai wangsa Syailendra (Budha tahun 750) yang menguasai Jawa Tengah, dan pusat-pusat kerajaan Hindu pindah ke Jawa Timur.

 

Abad IX – XII 

Di Jaman wangsa Syailendra menguasai Jawa Tengah sejarawan kesulitan mencari catetan siapa yang menguasai Banyumas namun hubungan kadipaten-kadipaten di wilayah Banyumas karo kerajaan Pajajaran tambah dekat jadi kemungkinan wilayah ini dibawah pengaruh kerajaan Pajajaran.

Abad XIII – XV- Wilayah Banyumas bagian dari Kerajaan Majapahit

Abad XV – XVI- Bagian kerajaan Demak

Abad XVI – XVIII-Bagian kerajaan Pajang karo kerajaan Mataram.

Abad XVIII

Setelah Perjanjian Gianti, wilayah Banyumas menjadi bagian Ngayogyakarta Hadiningrat (Karaton Kasultanan).

Desa Limpakuwus dengan berbagai sumber dan Data yang berhasil dihimpun, dan dari cerita turun temurun rintisan Kepemerintahan di Desa Limpakuwus sudah dimulai sejak Tahun 1674 M dengan dilestarikanya Kuburan Lama yang sudah dipugar oleh Masyarakat Desa Limpakuwus saat ini. Dan Lokasi tersebut di beri nama Makam Gubug Dawa diwilayah Barat dan Makam Mbah Sawedana disebelah timur Desa ( Grumbul Blembeng ). Sebelum dipugar, Makam Gubug Dawa tersebut masih berupa undakan batu yang tertata namun sudah banyak yang hilang. Bebatuan tersebut ukurannya persegi empat.

Diantara beberapa makam yang ada, lokasi yang dikeramatkan kesemuanya masih menggunakan bebatuan sebagai alat untuk Penentuan Symbol yang dinamakan Candi. Seiring dengan kemajuan jaman jejak peninggalan tersebut hilang. Pada saat itu Jabatan Lurah dan Kepala Desa belum ada. Dan untuk sebutan keberadaan mereka adalah BEKEL, GRUMBUL, KOPAK yang dalam tugas kepemerintahanya membawahi beberapa wilayah di Desa. Makam Gubug Dawa dan Makam Mbah Sawedana merupakan Makam Yang Dikeramatkan Oleh Masyarakat khususnya masyarakat Desa Limpakuwus dan masyarakat wilayah desa yang lain. Makam tersebut menurut masyarakat sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat tertua di Desa Limpakuwus Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.

Abad ke-16 di Desa Limpakuwus tersebut belum ada Pemimpin desa sekumplit sekarang. Karena Penduduk Desa Limpakuwus masih sedikit, serta peralatan komunikasi sebatas alat Tradisional yaitu Kentongan. Kondisi Desa saat itu masih Belantara Dan Angker, Kemudian dimasa Kolonial sebelah utara desa PemerintaH Hindia Belanda mendirikan tempat peristirahatan yang bertujuan untuk tempat istirahat bangsa mereka. Kemudian Pemerintahan Kolonial mendatangkan beberapa Sapi dari Eropa yang bertujuan untuk diternakan dan diambil air susunya sebagai kelengkapan Gizi bangsa mereka. Sedangkan masyarakat hidup dalam kondisi yang serba susah. Sempat diceritakan masyarakat turun temurun bahwa di Desa Limpakuwus saat yang dahulu pernah ada beberapa bangsa Belanda yang berjasa di Desa Limpakuwus.

Keempat orang tersebut adalah : Tuan Balbui( Balgooy ) dan Tuan Basmer Kedua orang tersebut menurut masyarakat mendirikan perkebunan di Desa Limpakuwus yang sekarang dijadikan Kebun Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Tuan Plembos dan Tuan Kusnit Kedua orang tersebut adalah orang yang telah mendirikan Lokasi Pertanian dan Peternakan yang sekarang dijadikan BBTU Baturraden Farm Limpakuwus ( Kementerian Pertanian RI ) Keempat orang tersebut adalah Bangsa Belanda yang mendirikan tempat tersebut dengan maksud sebagai tempat peristirahatan dan tempat Usaha yang hasilnya dibawa ke Negeri Belanda saat itu. Itulah Bukti sejarah yang sampai saat ini ada. Dan Desa Limpakuwus sudah berdiri sebelum masa itu ….

2. Limpakuwus dimasa Pergolakan Nasional

Disaat Perang Kemerdekaan di desa Limpakuwus juga terjadi pertempuran melawan Belanda. Belanda bermaksud mempertahankan asset mereka yang ada diwilayah utara Desa dan lainya. Terjadilah pertempuran yang besar saat itu.

Disamping melawan Belanda disaat Pemberontakan DI/TII Masyarakat dan para pejuang serta Tentara Indonesia di Desa Limpakuwus bahu membahu melawan mereka. Desa Limpakuwus dibakar oleh DI/TII sehingga asset warga masyarakat hilang. Namun dengan kondisi yang terbatas hal tersebut dapat diatasi. Untuk Mempertahankan Wilayah Desa Pihak Pemerintah Desa saat itu mewajibkan masyarakat untuk menjadi WBU ( Wajib Bela Umum ) yang membantu Tentara Indonesia saat itu. Sebelum Jaman Peperangan melawan Belanda, Pada saat itu Sebutan untuk para pemimpin desa masih mengikuti adat dan Tradisi Kerajaan. Bisa dibayangkan pada masa- masa tersebut adalah masa yang Sulit untuk para pendiri desa Limpakuwus.

Sejarah Desa Limpakuwus tidak lepas dari Pengaruh kebudayaan Luar waktu yang lampau, hal ini tercermin dengan pola pikir masyarakat waktu itu sampai sekarang. Dan untuk mempertahankan Jatidiri Desa serta Untuk mengembangkan Kebudayaan lokal tersebut, maka para pemimpin Desa Limpakuwus dari waktu ke waktu tetap melestarikan serta mempertahankan tradisi dan budaya masyarakat Desa Limpakuwus dalam hal ini Budaya Banyumas sampai saat ini. Dan entah dalam wujud dan jenisnya, para Leluhur Desa Limpakuwus sampai sekarang tetap melaksanakan Budaya Lokal ( Banyumas ) dalam rangka menangkal budaya Luar yang semakin dahsyat perkembanganya. Untuk itu Buku Kecil ini disusun untuk mengingatkan kita semua bahwa kita sebagai masyarakat di Desa tetap harus memegang Komitmen menjaga Budaya Desanya ( Banyumas ) yang CABLAKA dalam rangka membangun Desa dengan semangat Para Leluhur Desa.

Dan Tulisan ini dibuat sebagai wujud penghargaan kepada mereka yang telah berjasa dan bekerja keras tanpa pamrih dengan harapan anak cucunya sejahtera. Akhirnya tak ada gading yang retak.. Tidak ada manusia yang sempurna.. Dan kami percaya bahwa Para Pendiri Desa Limpakuwus pun tidak lepas dari Kesalahan, kekhilafan dan lainya.

RIWAYAT KEPALA DESA LIMPAKUWUS

Sebelum ada kedudukan Kepala Desa saat ini, jaman dahulu untuk sebutan Kepala Desa adalah Bekel. Berikut diriwayatkan para pemimpin desa Limpakuwus dimasa yang lalu..


MBAH BANGEN JABATAN : BEKEL KE I

LURAH KE-1( 1674 m-1739 m )

MBAH PERNA Diyakini masyarakat turun temurun bersama BEKEL BANGEN merupakan dua orang yang pertama kali mendiami dan membuka beberapa akses jalan serta lahan pertanian di Desa Limpakuwus serta saluran Irigasi di Desa Limpakuwus sebelah Barat bersama BEKEL BANGEN

Dan jauh disebelah Timur Desa ( Grumbul Belembeng ) MBAH SAWEDANA membuka lahan pertanian tanaman tadah hujan. Data yang berhasil dikumpulkan ada 3 orang Tokoh masyarakat di Grumbul Belembeng yaitu : 1. MBAH SAWEDANA 2. MBAH GINDUS 3. MBAH SURAYASA. Ketiga orang tersebut sampai saat ini makam masih ada dan dikeramatkan oleh sebagian masyarakat bahkan masyarakat luar Daerah. Pada masa kepemerintahan BEKEL BANGEN yang dibantu oleh MBAH PERNA kedua orang tersebut menyusuri Pinggiran Kali Pelus sampai kearah utara desa. Kemudian Bekel Singatruna memerintahkan Mbah Perna untuk mencari sumber air serta membuat jaringan irigasi. Perintah tersebut dilaksanakan dan dibantu beberapa orang. Kemudian setelah beberapa bulan akhirnya Mbah Perna menemukan Lokasi sumber air tersebut. Atas gembiranya Mbah Perna menamakan sumber air tersebut MERTELU yang berar ti sungai telu ( 3 buah Sungai ) dan dikemudian hari Sumber Air tersebut dinamakan Telaga Sunyi. Sumber air sudah didapatkan, namun wilayah Desa Limpakuwus sangat jauh. Keadaan saat itu belum ada saluran dan yang ada hanyalah Sumber air serta Tanah Cadas dan bebatuan Perlu tenaga dan pemikiran untuk mengembangkan membangun daerah irigasi.

Kemudian Mbah Perna melakukan Tapa Brata di lokasi tersebut selama 40 Hari. Dan atas kegigihan Mbah Perna selaku wakil pemimpin saat itu dihari yang ke 40 dalam melakukan Tapabrata Beliau mendapatkan Wangsit agar membuat saluran tersebut dibuat menggunakan Daun Nyangku dan konon setelah dilaksanakan tanpa bantuan peralatan yang memadahi dan saluran tersebut berhasil dibuat. Dari cerita turun temurun diceritakan bahwa Mbah perna melakukan hal tersebut selama 40 hari. Dan daerah Limpakuwus sebelah barat Banjir banding yang mengagetkan penduduk saat itu. Setelah waktu berlalu beberapa puluh tahun akhirnya Para Pejuang desa tersebut meninggal. Konon BEKEL BANGEN dan Mbah Perna minta dimakamkan dilokasi tersebut dengan harapan bisa melihat anak cucunya bisa bertani diwilayah tersebut. Kemudian penduduk desa meninggalkan lokasi tersebut dan bermukim ke arah utara.

Setelah Ratusan tahun Penduduk Desa Limpakuwus berkembang dan beranak pinak. Kemudian sebagai penghargaan warga saat itu Nama Perna diabadikan sebagai nama Saluran Irigasi dengan harapan Jasa dan Perjuangannya selalu ditiru oleh masyarakat Desa Limpakuwus . Lokasi saluran tersebut di Kali Pelus ( Telaga Sunyi ) Tidak ada data yang berhasil dihimpun mengenai keturunan maupun silsilah Ke-dua Orang tersebut sampai saat ini. Namun bukti yang nyata ada hingga data ini ditulis.

 LEGENDA MACAN PUTIH

Macan putih pada saat tertentu dapat dilihat oleh masyarakat di sekitar saluran irigasi tersebut. Konon semenjak meninggalnya Mbah Perna, hingga saat ini masyarakat masih melihat keberadaan seekor Macan Putih yang sering terlihat pada saat- saat tertentu. Dan waktunya tidak bisa dipastikan. Dari cerita masyarakat Macan tersebut sangat besar melebihi hewan saat ini sampai sekarang dan data yang berhasil dihimpun keberadaan Macan Putih tersebut masih sering terlihat. Masyarakat mempercayai bahwa Macan Putih tersebut penjelmaan leluhur mereka yaitu Mbah Perna. Dilihat dari Tahun keberadaanya, Keadaan desa Limpakuwus yang dipimpin oleh Bekel Ki Bangen dan Mbah Perna hidup saat Kabupaten Banyumas dipimpin oleh : RADEN TUMENGGUNG MERTAYUDHA II

SEJARAH GRUMBUL BELEMBENG

Grumbul Belembeng ( RW 05 ) merupakan Pedukuhan dan daerah tadah hujan. Sumber air bersih untuk konsumsi sehari- hari tidak ada. Masyarakat mengambil air bersih dari Komplek MERTELU. Wilayah Grumbul ini adalah wilayah terluas diantara beberapa Grumbul dan RW di Desa Limpakuwus.

Adalah Mbah Sawedana, Mbah Surayasa dan Mbah Gindus. Ketiga orang tersebut merupakan pemuka masyarakat di Desa Limpakuwus saat itu. Mereka bertiga dipercaya nenek moyang masyarakat RW 005. Bukti yang ada Makam Mbah Sawedana masih berdiri kokoh semenjak dahulu. Dan makam yang dikeramatkan oleh sebagian masyarakat hingga sekarang. orang tersebut adalah para petani tanah tadah hujan yang gigih. Ketiga orang tersebut menjadi pembantu Bekel Bangen.

MBAH SURADIPA

BEKEL KE II ( 1739 m – 1797 m )

SURA DIPA di jaman Kolonial merupakan Kepala Wilayah saat itu. Namun data yang berhasil dihimpun oleh penulis adalah Mbah Fajar dan Ki Suta Rejeki dua orang tokoh Desa yang berpengaruh di saat itu. Ki Sutarejeki berasal dari wilayah timur Banyumas ( Bagelen – Kutoarjo ) Karena Kedua orang tersebut dianggap cakap dalam membantu Desa maka oleh SURA DIPA selaku Bekel saat itu kedua orang tersebut diangkat menjadi perangkat desa. Makam kedua orang tersebut terletak di Rt 001 Rw 003 Astana Gubug Dawa. SURA DIPA dibantu Mbah Fajar dan Ki Sutarejeki bekerja keras membangun wilayah. Keadaan ke-dua Orang tersebut dalam Kepemerintahan desa merupakan perintis Bangunan Gedung Perkantoran yang letaknya hingga saat ini masih dipergunakan untuk Komplek Perkantoran Desa. Atap masih menggunakan ijuk dan Bangunan menggunakan kayu Jati.

LEGENDA MANUSIA API

Konon menurut CERITA masyarakat yang beredar sampai saat ini Ki Sutarejeki mempunyai seorang anak

yang bernama Mbah WAR, kemudian mBah War diadopsi oleh Bekel Bangen dan keturunan mbah war sampai saat ini sudah generasi ke-7 ( tujuh ). Dikisahkan Pada saat masyarakat melakukan mandi seperti biasanya menggunakan air, Ki Suta Rejeki kalau mandi menggunakan ilalang yang dibakar. Dan layaknya orang yang mandi menggunakan air, Api Unggun tersebut digunakan untuk mandi. Setelah masuk dalam kobaran api Bekel Ki Sutarejeki keluar segar bugar layaknya mandi air seperti orang lain. Keturunan Beliau menceritakanya sampai saat data ini dikumpulkan. Ki Sutarejeki terkenal dengan Manusia Api.- 39 – Daerah pertanian di sebelah barat Desa dirintis dengan dibangunya Wangan Perna yang sudah tidak terurus. Sebagai bentuk Penghargaan kepada Beliau dan Untuk mengenang dan mengabadikan Jasa Beliau berdua kedua nama tersebut digunakan untuk nama Bendungan di desa Limpakuwus. Yaitu Bendung Suradipa Dan Bendung Fajar. Lokasi di Kali Pelus yang dulu bernama Bendung Nila

Dilihat dari Tahun keberadaan Bekel Ki Sutarejeki, Saat itu Kabupaten Banyumas masih menjadi bagian dari Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Banyumas dipimpin oleh RADEN TUMENGGUNG YUDHANEGARA II yang memerintah Kadipaten Banyumas disaat itu

MBAH WIRADINALA

LURAH KE -3 ( 1797 m -1859 m )

Dalam masa Pendudukan Kolonial Belanda di Desa Limpakuwus sudah dipimpin oleh Lurah Wiradinala. Saat itu para Pemimpin desa dan perangkat sudah ada. Dari data yang dihimpun, saat itu Kendaraan Kuda adalah Sarana transportasi. Bukti yang ada saat itu Pusat Pemerintahan sudah menggunakan Perkantoran namun masih bangunan yang sederhana. Ada beberapa bangunan. Ada Lumbung Padi. Kemudian pada saat terjadi pertempuran di Desa Limpakuwus Lumbung padi dibakar oleh Penjajahan Belanda, Sehingga persediaan pangan penduduk hilang dan menjadikan kesengsaraan yang panjang. Kemampuan warga masyarakat masih terbatas saat itu, sehingga dengan kesadaran yang tinggi masyarakat memban gun kembali perkantoran yang disebut Bale. Rumah Lurah terpisah. Dan seperti biasa Rumah Lurah dijadikan Kelurahan untuk dipergunakan beberapa pertemuan dan lain sebagainya.

Lurah Citradinala hidup dan berjuang membangun desa dengan segala keterbatasan. Dan Beliau memerintah Desa Limpakuwus pada saat Kabupaten Banyumas dipimpin oleh             R TUMENGGUNG TEJA KESUMA ( TUMENGGUNG KEMONG ). Arah Koordinasi sudah baik dan menggunakan Kuda sebagai Transportasi Lurah Citradinala. Dan sebagai penghargaan masyarakat Untuk Mengenang Jasa dan perjuangannya Nama Beliau abadikan untuk nama Bendungan yaitu Bendung Citradinala, Lokasi Bendung tersebut di Curug Moprok dengan harapan bendungan tersebut mampu memakmurkan masyarakat pertanian dan Irigasi di Desa Limpakuwus saat itu….

MBAH ABAS

LURAH KE-4 ( 1889 m – 1919 m )

Kabupaten Banyumas dipimpin KANJENG PANGERAN ADIPATI ARYA MARTADIREDJA III di Abad ke-19 dan merupakan peralihan abad yang maju disaat itu. Masa tersebut merupakan masa pergerakan diberbagai bidang khususnya pergerakan menuju kemerdekaan.

Berita – berita pergerakan Tokoh Nasional sudah terdengar sampai di Desa Limpakuwus, karena masa LURAH BAS sudah ada koordinasi dengan Kecamatan Sumbang. Banyak Jalan utama dibuat saat itu. Lingkungan perumahan sudah baik namun karena masa tersebut masih jaman jaman sulit dan serba terbatas, maka kehidupan masyarakat saat itu aktifitasnya masih terbatas. Dan kemiskinan banyak di Desa Limpakuwus. LURAH ABAS merupakan keturunan LURAH BANGEN generasi ke 3, sampai saat ini keturunanya masih ada.

Administrasi Desa sudah dirintis pada masa Lurah Basuki, namun pembagian wilayah masih menggunakan sebutan Grumbul dan Kopak. Dan untuk mengenang Jasa Beliau Nama Basuki diabadikan untuk nama Bendungan Irigasi, yaitu Bendung BAS. Lokasi bendung tersebut di Kali Deku ( Bendung Pritgantil )

N. SASTRODIHARDJO

LURAH KE-5 ( 1919 m – 1945 m )

LURAH SASTRODIARJO merupakan Lurah di era Jaman Peperangan melawan Penjajahan Jepang dan masa Kemerdekaan NKRI. Sebelum menjabat merupakan Carik desa Limpakuwus Kecamatan Sumbang. Pengajuan Bantuan pembangunan sudah bisa diajukan ke Pemerintah Kabupaten, namun karena saat tersebut masa peperangan, sebagian kegiatan pembangunan banyak yang belum terlaksana. Pembangunan Irigasi untuk pertanian dibangun, namun karena keterbatasan dana hal tersebut tidak berjalan baik hingga Kepemerintahan selanjutnya. Pajak sudah didata dan ditarik Pamong ( Perangkat Desa ).

Pemerintahan LURAH N SASTRODIARDJO sudah memasuki awal Kemerdekaan, dan berita tersebut bisa didengarkan sampai ke Desa Limpakuwus. Keturunan beliau sampai saat ini sudah banyak di desa Limpakuwus. Karena saat tersebut sudah ada pendataan administrasi. Jalan utama sudah banyak, jalan lingkungan sudah dirintis dan Penduduk desa Limpakuwus sudah banyak dan aktifitas masyarakat berjalan baik sesuai keadaan Pemerintahan pusat saat itu. Kabupaten Banyumas dipimpin oleh KPA GONDO SOEBROTO sebagai Bupati saat itu. Transportasi saat itu sudah menggunakan Motor ( KUBLUK ) dan Kuda sebagai transportasi kedinasan. Untuk mengabadikan serta mengenang Jasa dan keberadaan Beliau, maka nama Sastrodiardjo diabadikan untuk nama Bendungan Irigasi yaitu Bendung Sastrodiardjo. Lokasi Bendung tersebut di Kali Deku ( Bendung Bawangan )

S .JOSOMIHARDJO

LURAH KE-6 ( 1945 m -1982 m )

Lurah S.Josomihardjo merupakan Perintis Pendidikan anak sekolah di Desa Limpakuwus. Keberadaan beliau dalam masa perang Kemerdekaan. Kepemerintahanya belum stabi l namun masyarakat saat itu keadaanya baik. Banyak kemajuan yang telah dilaksanakan pada masa Kepemerintahannya. Kendaraan saat itu sudah menggunakan kendaraan sepeda motor, yaitu jenis BMW saat itu. ( orang jawa memberi nama KUBLUK )

SEJARAH TELAGA SUNYI

Pada saat data ini dihimpun, keturunan langsung beliau menuturkan kesedihanya sebagai Lurah karena Prasarana Irigasi banyak yang rusak.

Dikisahkan bahwa pada suatu hari Lurah S Josomihardjo bersama Eyang Reknawikarta menyusuri Wangan perna yang sudah kering, dan rerumputan sangat rimbun karena aliran saluran tersebut kering. Dan pada saat menyusuri Wangan perna di Kali Pelus kondisinya kembali semula karena hutan yang rimbun Kemudian berjalan kearah utara terus ( Sekarang Telaga Sunyi ) beliau menemukan sebuah Goa di Kali Pelus namun Goa tersebut seharusnya keluar air namun ternyata tidak keluar. Karena air tersebut semuanya mengalir ke Desa Karangsalam. Kemudian Lurah S Josomihardjo bertekad membangun kembali saluran Perna yang sudah rusak. Kemudian Lurah S.Josomihardjo berniat melakukan Tapabrata. Dan niat tersebut dilaksanakan selama 40 hari di Goa ( Sebelah Utara Telaga Sunyi ) dengan Tujuan agar Kolam di Kali Pelus ( Telaga Sunyi ) mengeluarka air untuk Irigasi. Dengan kondisi penuh keprihatinan dan makanan seadanya. Pak Sunardi menuturkan bahwa dirinya yang mengirim makanan. Namun makanan tersebut jenis tertentu dan tidak sembarangan. Pak Sunardi mengirim makanan permintaan Lurah S Josomihardjo hingga kegiatan Tapa Brata selesai. Dan menjelang akhir Tapa Brata, Lurah S Josomihardjo usahanya dikabulkan dan mendapatkan Wangsit dan menemukan senjata URIL seukuran jari yang ada benangnya

Dalam mimpinya LURAH S.JOSOMIHARDJO agar menggunakan alat tersebut untuk membelah batu yang akan dibuat Saluran. Bersama Eyang Reknawikarta petunjuk tersebut dilaksankan. Menurut cerita masyarakat batu tersebut setelah digaris dan Pecah tidak boleh di Kencling menggunakan Linggis tetapi menggunakan Pohon Jurang. Dan secara ajaib batu tersebut setelah dicongkel dengan pohon Jurang dapat diangkat batunya dan dapat dialiri air. Dengan ditemani Eyang Reknawikarta dan Pak Sunardi menuturkan bahwa kegiatan tersebut cukup lama mengingat medanya sulit dan merupakan bebatuan.

Masa Kepemerintahanya sudah memberikan beberapa kemajuan desa yang sangat berarti dan rintisan Kepemerintahan yang tertib saat itu. Koordinasi dengan Kecamatan sudah baik. Selapanan Desa dilaksanakan dalam bermusyawarah dengan masyarakat. Jalan antar Wilayah dibangun dan prasarana Pendidikan dilaksanakan dengan dibangunya SD 01 Limpakuwus. Dibidang Pemerintahan dibangunya Komplek Balai Desa dengan menggunakan dana swadaya murni masyarakat. Belum puas dengan yang dilakukan Lurah Josomihardjo mencipta Penamaan Limpakuwus sebagai berikut :

L        : Leladi Negara kanti dasar Pancasila

I           : Iman lan Taqwa, kanggo

M       : Mbangun Negara Lan Masyarakat kanti

P        : Pakarti kang Utama,

A       : Anggah ungguh kang ndadekna

K       : Kuncaraning Praja ( Desa ) kanti

U       : Usaha lan Donga andados

W       : Weninging Cipto Mangun Laku utama

U       : Undang- Undang Dasar 45

 S      : Sasmita adi Titising Satriya

Untuk mengingat semua yang dilakukan oleh Lurah S. Josomihardjo sebagai bentuk penghargaan dan pengabadian Lurah S JOSOMIHARDJO, maka nama tersebut dipergunakan untuk nama bendungan dan nama Masjid di Desa Limpakuwus yaitu MASJID YOSO AL-HUDA, dengan harapan masyarakat selalu ingat jasa serta perjuangannya. Kemudian diabadikan nama Bendung yaitu BENDUNG JOSOMIHARDJO. Diharapkan Jasa dan Perjuangannya selalu ditiru oleh masyarakat saat ini. nama bendung Josomiardjo.diharapkan memberikan kontribusi doa dan harapan masyarakat pertanian di Desa Limpakuwus. Lokasi Bendung tersebut di Kali Deku.Sebelah Utara bendung Bawangan. Saat itu Kabupaten Banyumas dipimpin oleh Bupati RAA SOEDJIMAN GONDO SOEBROTO

PRAPTO RAHARDJO JABATAN : Carik /YMT

Pj.Kepala Desa KE-7   ( 1982 m – 1984 m )

S Praptorahardjo merupakan keturunan langsung Lurah S Josomihardjo. Beliau seorak Carik Desa Limpakuwus. Beliau melaksanakan Tugas Kepala Desa selama 3 Tahun karena kekosongan Lurah saat itu dan masih peralihan perundang- undangan. Pemerintah Kabupaten Banyumas saat itu dimpin oleh KOL.INF RG ROEDJITO Pada saat Kepemerintahan Carik S. PRAPTORAHARDJO banyak kegiatan Pembangunan yang sudah dilaksanakan dan menggunakan sistim REPELITA ( Rencana Pembangunan Lima Tahun ). Kemudian di tahun 1984 diadakan Pemilihan kepala desa Limpakuwus secara langsung. Kemudian Setelah masa berlalu Jabatan Carik dilaksanakan oleh BUDI HARYANTO melalui proses Penjaringan Perangkat Desa

DASTOSISWORO

KEPALA DESA LIMPAKUWUS KE-8

( 1984 m -1998 m )

Pada tahun 1984 di Desa Limpakuwus diadakan Pemilihan Kepala Desa langsung. Dan N Dastosisworo memenangkan suara rakyat terbanyak hingga memimpin Pemerintahan Desa di Limpakuwus sampai dengan tahun 1998. Pemerintahan masa beliau merupakan kepemerintahan jaman Orde baru. Jenis Kegiatanya menggunakan sistim REPELITA yang saat ini hampir sama dengan RPJM. Banyak Pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Limpakuwus saat itu. Sekretaris Desa saat itu adalah Budi Haryanto. Hingga menjelang akhir masa jabatanya kondisi masyarakat di era kepemimpinan Kades N Dastosisworo sangat kon dusif hingga pemerintahan saat ini.

Bupati saat itu KOL INF H DJOKO SUDANTOKO SH.Sip

 

BUDI HARYANTO JABATAN : Sekdes /YMT

Pj.Kepala Desa KE-9 ( 1998 – 2000 )

Karena kekosongan dan masa jabatan Kepala Desa di Desa Limpakuwus dan N Dastosisworo telah habis masa jabatanya maka untuk melaksanakan kegiatan Pemerintahan desa dilaksanakan oleh Sekretaris Desa YMT Budi Haryanto hingga diadakan pemilihan umum Kepala Desa Limpakuwus di Tahun 1997. Kemudian diadakan Pemilihan Umum Kepala Desa. Saat data dihimpun Kabupaten Banyumas dipimpin oleh Bupati Banyumas KOL INF (Purn) HM ARIS SETIJONO

BAMBANG SUYANTO

KEPALA DESA LIMPAKUWUS KE-9 DAN KE -10 ( 2001 – 2013 )

Kepala Desa Bambang Suyanto merupakan Keluarga besar dari Lurah Sastrodihardjo. Di era ini sistim Pembangunanya sudah menggunakan Sistim RPJM Kades Bambang Suyanto memenangkan Pemilihan Kepala Desa 2 ( dua ) periode Banyak Pembangunan yang telah dilaksanakan pada masa Pemerintah Desa saat ini hingga 2 periode

Kepemerintahan Kades Bambang Suyanto dan Bulan Juni 2013 masa Kedinasanya habis.

Bupati Banyumas saat ini Drs H MARDJOKO. MBA. MM

Beliau menggunakan Slogan BAWOR dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan desa.

Nama BAWOR digunakan sebagai Ikon Kabupaten Banyumas. Bawor artinya   B : Bareng-bareng mbangun Jiwa raga A : Amrih Lestari lan Widodo- 49 – W : Weninging Cipta hanuntun laku utomo O : Obahing Lati ngemu Wigati R : Rasa rumangsa nduweni, tepa seliro

 

DARKO

Kepala Desa Limpakuwus ke-11.

Masa Bhakti 2013 – 2019

Demikian Yang dapat disajikan dalam rangka Mengenang Desa Limpakuwus 337 Tahun yang merupakan usia tua bagi kita. Akhirnya TIDAK ADA GADING YANG RETAK, bahwa semua manusia banyak salah dan Khilaf sebagai Insan Manusia. Marilah kita sebagai masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Desa Limpakuwus bahu membahu mewujudkan mimpi para Leluhur Desa yang telah berjasa di Bumi Limpakuwus dan memajukan Desa Limpakuwus yang “ SELANGKAH LEBIH MAJU “

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber Sejarah :

1.    Keturunan Lurah Abas,

2.    Keturunan Lurah N.Sastrodihardjo,

3.    Keturunan Lurah S.Josomihardjo

4.    Pak RT dan Pak RW

5.    Kesepuhan Desa Limpakuwus

Penulis : SUCIPTO / Kaur Perencanaan/ 08222 1680 666

 https://newsid.limpakuwus.desa.id/artikelhttps://newsid.limpakuwus.desa.id/artikel


Tulis Komentar